BAB
I
LATAR BELAKANG
1.
PENDAHULUAN
Temperatur di Indonesia dipengaruhi oleh letak lintang dan
bentuk keadaan alamnya. Letak lintang Indonesia antara 6008’ LU dan 11015’ LS
sehingga Indonesia berada di daerah ilkim tropis. Adapun pada umumnya iklim
tropis memiliki ciri-ciri :
a.
Curah hujan cukup banyak
b.
Kelembaban udara tinggi
c.
Tekanan udara cendrung rendah dan mengalami perubahan secara
lambat dan beraturan
d.
Suhu ektrim
e.
Suhu udara panas
Cuaca dan iklim
mempunyai peranan yang besar tehadap bidang transportasi. Seperti cuaca, suhu,
arah dan kecepatan angin, awan, dan kabut sangat mempengaruhi kelancaran jalur
perhubungan atau transportasi seperti darat, laut dan udara. Sehingga jika
cuaca buruk jalur transportasi akan terhambat, terutama transportasi udara yang
sangat
bergantung pada keadaan cuaca, baik waktu tinggal landas/lepas landas ataupun
pada waktu pesawat di udara. Kecelakaan pada pesawat udara dapat disebabkan oleh tehnis, kesalahan manusia, maupun
faktor cuaca.
Hal tersebut sebenarnya bisa dihindari dengan
adanya koordinasi dari berbagai Instansi yang terkaitSeperti
alasan cuaca buruk, Instansi yang berwenang memberikan informasi adalah Badan
Meteorologi dan Geofisika ( BMG ). Setiap setengah jam sekali atau tergantung
dari membaik dan memburuknya keadaan cuaca, BMG memberikan informasi cuaca atau
yang lebih dikenal dengan Weather Report kepada Air Traffic Controller atau
Pengatur Lalu Lintas Udara, yang kemudian diteruskan kepada Penerbang.
Stasiun
BMKG Bandar Udara Blang Bintang Stasiun yang ditunjuk sebagai koordinator Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMG) Propinsi Aceh merupakan pelaksana
teknis yang terdiri dari Stasiun Meteorologi Penerbangan, Stasiun Klimatologi
dan Stasiun Geofisikayang bertugas sebagai Stasiun Meteorologi Penerbangan, yang
salah satunya bertugas memberikan pelayanan penerbangan.
Berdasarkan
uraian tersebut maka penulis tertarik dan termotivasi untuk membuat hasil
laporan dari hasil kerja praktek di BMKG Blang Bintang ini yang berjudul “PENGAMBILAN DATA INFORMASI METEOROLOGI
PENERBANGAN DI STASIUN BMKG BANDARA BLANG BINTANG BANDA ACEH”.
1.2
Maksud
dan Tujuan Kerja Praktek
Adapun maksud penulis mengadakan
penelitian di BMKG Bandara Blang Bintang ini
untuk mendapatkan data dan informasi tentang peroses pengambilan data
informasi dari BMKG untuk Proses Penerbangan di Bandara Sultan Iskandar Muda
Blang Bintang dan membuat Laporan Kerja Praktek (LKP)Diploma III STMIK
U’BUDIYAH.
Sedangkan tujuan
penulisan ini adalah :
1.
Untuk mengetahui sejarah BMKG
2.
Untuk mengetahui sejauh mana peran serta
Badan Meteorologi dan Geofisika dalam proses penerbangan pesawat terbang
3.
Agar pembaca dapat mengenal secara lebih
dekat hal-hal yang dijadikan objek kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.
4.
Agar pembaca mengetahui unsur-unsur cuaca yang mempengaruhi proses penerbangan.
5.
Untuk mengetahui proses pengambilan data
informasi di lapangan di BMKG dan Pengiriman Data Informasi ke penerbangan.
6.
Serta untuk menerapkan ilmu yang telah penulis proleh.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, Penulis mencoba mengindentifikasi masalah berupa bagaimana pengambilan
data di BMKG dan manfaat data informasi tersebut dalam proses penerbangan di
bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh.
1.3
Rumusan Masalah :
1.
Apa saja alat – alat yang terdapat di dalam BMKG Blang
Bintang dan menjelaskan fungsinya masing-masing
2.
Bagaimana cara pengambilan data
informasi dilapangan pada BMKG Blang Bintang
3.
Sejauh mana fungsi data informasi
tersebut untuk penerbangan
4.
Apa pengaruh data tersebut untuk BMKG
dan Penerbangan
1.4
Batasan Masalah
Agar dalam praktek kerja ini tidak terlalu luas ruang lingkup objeknya
maka penulis membatasi penulisan laporan ini hanya kepada Pengambilan data
lapangan, pengolahan menjadi informasi dan mengirimkan data informasi kepada departemen-departemen
yang membutuhkan atau untuk pihak penerbangan.
1.5
Metode Penelitian
Dalam memperoleh data-data yang
diperlukan untuk menyusun Laporan Kerja Praktek (LKP) ini, metode pengumpulan
data yang penulis gunakan adalah :
1.
Metode Field Research (Penelitian Lapangan)
Metode ini
dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu data yang langsung dan segera
diperoleh dari sumber data oleh penulis pada tempat pelaksanaan kerja praktek
yaitu di BMKG Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang.
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian lapangan ini adalah:
a.
Observasi/Pengamatan
b.
Teknik pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti yaitu tinjauan
pelaksanaan pelayanan pelanggan pada PDAM Tirta Daroy Kota Banda Aceh.
c.
Interview/Wawancara
Teknik pengumpulan data
dengan mengadakan wawancara dengan pihak-pihak tertentu yang dapat memberikan
data dan informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini.
2.
Penelitian Literatur
Merupakan
pengumpulan sumber informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan
atau sedang diteliti. Informasi ini diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, catatan kuliah dan sumber-sumber tertulis
yang berkaitan langsung dengan objek atau judul yang diambil dalam Laporan
Kerja Praktek (LKP) ini.
1.5 Sistematika penulisan laporan.
Bab 1. PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab 2 GAMBARAN UMUM
Bab
ini terdiri atas sejarah perkembangan BMKG dan visi misi serta tujuan dari
BMKG.
Bab 3. TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
Bab ini terdiri atas teori-teori dan
pengertian-pengertian dari sub bahasan dari permasalahan dan pembahasan data
yang diambil
Bab 4 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini terdiri atas kesimpulan
dan saran.
DAFTAR
PUSTAKA
Berisi
daftar referensi yang digunakan dari berbagai sumber
1.7
Lokasi dan Jadwal Pengambilan data
Penulis melakukan kerja praktek di BMKG Blang Bintang yang
beralamat di BMKG Bandara Blang Bintang
Banda Aceh.
BAB
II
GAMBARAN UMUM
2.1 Sejarah Perkembangan BKMG
Nama Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) berubah
menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG. Perubahan nama
ini sudah ditetapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 September 2008.
Secara sistem kerjanya tidak ada perubahan. Perubahan ini dimaksudkan untuk
memperluas pengertian cakupan tugas-tugas instansi BMG (baca BMKG) yang dari
dahulunya telah melayani masyarakat dalam bidang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di
Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan
secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun
kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data
hasilCpengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan
tersebut oleh Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah
dengan nama Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atau Observatorium
Magnetik dan Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74
stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi
dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan
pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangakn
pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan
meteorologi dengan menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai
digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai
dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho
Kauso Kusho. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi
tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang
berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk
melayani kepentingan Angkatan Udara.
Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika,
dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan
Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya
diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga
Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik
Indonesia , kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara
Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah
menjadi jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan
Pekerjaan Umum.
Selanjutnya,
pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota Organisasi
Meteorologi Dunia (World Meteorological
Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi
Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika
diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara. Pada tahun
1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya
tetap di bawah Departemen Perhubugan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika
diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi
setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980
statsunya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan
Meteorologi dan Geofisika, tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Terakhir pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI
Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga
Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan
Geofisika. Kemudian disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah PP No. 61 Tanggal 2
September 2008, Memutuskan Nama BMG dirubah menjadi BMKG.
2.2 Tugas dan Fungsi BMKG
BMKG
mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh
seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas yaitu melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang Meteorologi dan Klimatologi, Kualitas Udara, dan
Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan
Meteorologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi :
1.
Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
2.
Mengkoordinasi
kegiatan fungsional di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
3.
Memfasilitasi
dan membina kegiatan instansi pemerintah dan swasta di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4.
Menyelenggaraan
pengamatan, pengumpulan dan penyebaran, pengolahan dan analisis serta pelayanan
di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
5.
Menyelenggaraan
kegiatan kerjasama di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan
geofisika.
6.
Menyelenggaraan
pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Dalam melaksanakan fungsi, Badan Meteorologi dan
Geofisika mempunyai kewenangan :
1.
Penyusunan
rencana nasional secara makro di bidangnya.
2.
Perumusan
kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.
3.
Penetapan
sistem informasi di bidangnya.
4.
Penetapan
standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi penerbangan dan maritime.
5.
Pengaturan
sistem jaringan pengamatan meteorologi dan klimatologi.
6.
Pemberian jasa meteorologi dan klimatologi.
2.3 Visi Misi dan Tujuan BMKG
Dalam rangka mendukung dan mengemban
tugas pokok dan fungsi serta memperhatikan kewenangan BMKG agar lebih efektif
dan efisien, maka diperlukan aparatur yang profesional, bertanggung jawab dan
berwibawa serta bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), disamping itu
harus dapat menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan kebenaran guna ikut
serta memberikan pelayanan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Oleh karena
itu kebijakan yang akan dilakukan BMKG Tahun 2010-2014 adalah mengacu pada
Visi, Misi, dan Tujuan BMKG yang telah ditetapkan.
2.3.1
Visi
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam
rangka mendukung keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan
nasional, dan berperan aktif di tingkat Internasional.
Terminologi di dalam visi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a.
Pelayanan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas
udara, dan geofisika yang handal ialah pelayanan BMKG terhadap penyajian data,
informasi pelayanan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika yang akurat, tepat sasaran, tepat guna, cepat, lengkap, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Tanggap dan
mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder
akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa;
c. Tanggap dan
mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder
akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa;
d. Tanggap dan
mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder
akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa;
e. Tanggap dan
mampu dimaksudkan BMKG dapat menangkap dan merumuskan kebutuhan stakeholder
akan data, informasi, dan jasa meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika serta mampu memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa;
2.3.2 Misi
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan
visi yang jelas yaitu berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang
telah ditetapkan yaitu :
1.
Mengamati dan memahami fenomena meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
2.
Menyediakan data, informasi dan jasa meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika yang handal dan terpercaya.
3.
Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4.
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di
Bidang meteorologi, klimatologi , kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih
rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai berikut :
a.
Mengamati dan memahami fenomena
meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika artinya BMKG
melaksanakan operasional pengamatan dan pengumpulan data secara teratur,
lengkap dan akurat guna dipakai untuk mengenali dan memahami karakteristik
unsur-unsur meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika guna
membuat prakiraan dan informasi yang akurat;
b.
Menyediakan data, informasi
dan jasa meteorologi,
klimatologi, kualitas udara, dan geofisika kepada para pengguna sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu;
c.
Mengkoordinasi dan
Memfasilitasi kegiatan sesuai dengan kewenangan BMKG, maka BMKG wajib
mengawasi pelaksanaan operasional, memberi pedoman teknis, serta berwenang
untuk mengkalibrasi peralatan meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan
geofisika sesuai dengan peraturan yang berlaku
d.
Berpartisipasi aktif dalam
kegiatan internasional artinya BMKG dalam melaksanakan kegiatan secara
operasional selalu mengacu pada ketentuan internasional mengingat bahwa
fenomena meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika tidak terbatas
dan tidak terkait pada batas batas wilayah suatu negara manapun.
2.3.2
Tujuan
Tujuan Rencana Strategis BMKG diarahkan untuk
mempercepat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan berdasarkan
pemikiran konseptual analitis, realitis, rasional dan komprehensif dan
perwujudan pembangunan dalam langkah-langkah yang sistemik dan bertahap dalam
suatu perencanaan yang bersifat strategis.
2.4
Definisi Meteorologi dan Klimatologi
Berkaitan dengan kehidupan yang
mencakup kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang menempati bagian permukaan
bumi yang berupa daratan dan lautan ditambah lagi dengan udara di atasnya, maka
pokok-pokok yang dibahas di dalam geografi fisis yang terdiri atas litosfer,
hidrosfer, biosfer, dan atmosfer. Dengan demikian diperkenalkan berbagai hasil
kajian geologi, geomorfologi, oseanografi, meteorologi, dan klimatologi.
Meteorologi adalah ilmu yang
mempelajari keadaan rata-rata udara dalam waktu yang singkat di tempat yang
sempit. Keadaan rata-rata udara ini di sebut cuaca.Waktu singkat yang dimaksud
dalam cuaca tersebut adalah waktu sesaat yang berlangsung dalam hari, jam atau
menit. Dengan demikian meteorologi adalah ilmu yang mempelajari cuaca yang
berlangsung sesaat di suatu tempat yang sempit.
Klimatologi adalah ilmu yang
memperlajari keadaan rata-rata udara dalam waktu yang lama dan mencakup wilayah
yang luas. Keadaaan rata-rata udara dalam waktu yang lama disebut iklim. Waktu
yang lama berdasarkan perjanjian internasional kurang lebih 30 tahun. Bagi
pembaca yang sedang belajar menganalisis iklim di suatu wilayah, untuk berlatih
waktu yang lama berlangsung sekurang-kurangnya 10 tahun. Dengan demikian,
klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim yang berlangsung lama di wilayah
yang luas.
2.5
Ruang Lingkup
Meteorologi dan Klimatologi
Cuaca dalam geografi fisis termasuk
bagian dari atmosfer. Cuaca merupakan keadaan fisis atmosfer yang dapat
diungkapkan dengan melakukan pengukuran atau pengamatan dari unsur : suhu
udara, curah hujan, tekanan udara, kelengasan udara, laju serta arah angin,
perawanan dan penyinaran matahari.
Iklim merupakan keadaan yang
mencirikan atmosfer suatu daerah dalam jangka waktu yang lama dan dapat diungkapkan
dengan dilakukan pengukuran atau pengamatan berbagai unsur cuaca yang dilakukan
dalam periode waktu tertentu (sekurang-kurangnya 10 tahun).
2.6
Klasifikasi Meteorologi
Meteorologi sebagai ilmu
pengetahuan, dikelompokkan menjadi dua yaitu Meteorologi Teoritis dan
Meteorologi Praktis yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Meteorologi
Teoritis terdiri dari 3 bagian, yaitu :
2. Meteorologi
Dinamis yaitu meteorologi yang mengamati tenaga-tenaga pendorong gerakan udara
dan transformasi panas.
3. Meteorologi
Fisis yaitu mempelajari proses-proses fisis yang murni seperti penguapan,
presipitasi, gejala optik, akuistik, dan elektris dalam angkasa.
4. Meteorologi
Statistik atau Klimatologi mempelajari keadaan rata-rata, ekstrem-ekstrem
frekuensi serta persebaran berbagai unsur cuaca (penyinaran matahari, suhu,
lengas udara, penguapan, keawanan, curah hujan, angina, tekanan udara).
Meteorologi
Praktis terdiri dari 8 macam, yaitu:
1.
Meteorologi Sinopsis yaitu mempelajari proses
atmosferis dengan bantuan pengamatan sewaktu, untuk wilayah yang amat luas.
Manfaatnya dapat untuk menganalisa kondisi cuaca pada saat bersangkutan dan
meramalkan cuaca mendatang.
2.
Meteorologi Aeronantis yaitu mempelajari meteorologi
dalam bidang penerbangan.
3.
Meteorologi Maritim yaitu mempelajari meteorologi
dalam bidang pelayaran dan perikanan.
4.
Meteorologi Perairan (Hidrometeorologi) untuk
mengkaji permasalahan persediaan air dan irigasi untuk pertanian, perikanan,
peternakan, kehutanan, pelistrikan dan sebagainya.
5.
Meteorologi Udara untuk mengamati kondisi udara bebas.
6.
Meteorologi Medis untuk meneliti pengaruh iklim atau
unsur cuaca terhadap kesehatan, psikis dan fisik manusia.
7.
Meteorologi Pertanian untuk mengkaji pengaruh cuaca
terhadap tanaman budidaya.
8.
Meteorologi Sempit (Mikrometeorologi) untuk
meneliti perbedaan antara cuaca dan iklim untuk ruang dan wilayah yang sempit.
2.7 Pengaruh BMKG Terhadap Penerbangan
Hampir Semua Bandara di Indonesia
memiliki Stasiun Meteorologi Penerbangan, karena setiap penerbangan, baik untuk
keperluan take off maupun landing, ataupun on the
route selalu memerlukan informasi meteorologi. Tidak semua unsur-unsur
meteorologi diperlukan untuk keperluan penerbangan ataupun lokasi aerodrome ,
tetapi hanya unsur-unsur tertentu saja, diantaranya : Arah dan kecepatan angin,
Visibility, Cloud ( Per awanan ), Present
Weather, Suhu Udara, Tekanan Udara, Suplemantary
Element trend forecast.
Informasi seperti diatas biasanya di
dalam penerbangan disebut dengan QAM atau Weather
Report. Informasi tersebut di berikan oleh seorang pengamat atau observer
kepada ATC (Air Traffic Controller)
setiap 1/2 jam sekali atau tergantung membaik atau memburuknya cuaca. Setelah
pengamat atau observer memberikan data QAM tersebut kepada Air Traffic Controller (ATC), baru ATC menyampaikan informasi cuaca
tersebut kepada Pilot, yang akan digunakan untuk keperluan take off, landing
ataupun on the route.
STRUKTUR
ORGANISASI LAMPIRAN
1B
STASIUN
METEOROLOGI KELAS 1 KEPUTUSAN
KEPALA BADAN METEOROLOGI
NOMOR : KEP.005
TAHUN 2004 TANGGAL 5 OKTOBER 2004
BAB
III
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
3.1 Unsur-unsur
Cuaca dan Iklim dalam penerbangan
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi
cuaca dalam penerbangan yaitu :
3.1.1
ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak.
Ada tiga hal penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
·
Kekuatan
angin
·
Arah angin
·
Maksimum angin
Angin
yang dilaporkan adalah arah dan kecepatan angin pada waktu pengamatan, satuan
arah angin adalah derajat sedangkan kecepatan dalam knot ( 1 knot = 1.8 km/jam
). Arah dan kecepatan angin ini diperlukan untuk take off dan landing.
3.1.2
VISIBILITY
Visibility adalah jarak pandang mendatar, maksudnya jarak pandang terjauh
yang bisa dilihat oleh pengamat tanpa ada halangan apapun. Visibility ini
diperlukan terutama untuk keperluan landing, karena pilot harus bisa melihat
landasan dari atas apabila pesawat akan landing, jika jarak pandang
buruk/jelek, biasanya pilot tidak berani landing, maka pesawat berputar-putar
di atas, atau balik ke bandara semula atau mencari bandara alternatif lain yang
terdekat.
Jika sekiranya cuaca yang
menyebabkan jarak pandang jelek hanya sebentar maka pesawat akan berputar-putar
di sekitar bandara sambil menunggu visibility normal kembali.
3.1.3
Jarak Pandang atau Runway Visual Range
untuk pesawat yang tidak otomatis, informasi jarak pandang sangat
diperlukan dalam hal pendaratan, baik jarak pandang vertikal maupun horizontal.
Jarak pandang vertikal : erat kaitannya dengan saat pesawat akan melakukan
pendaratan saat masih di udara, hal ini pentig untuk mengetahui posisi dan sisa
runway landasan agar pendaratan dapat dilakukan dengan tepat Jarak pandang
horizontal : erat kaitannya disaat pesawat sudah mulai menyentuh runway.
Dalam penerbangan
dikenal dengan Runway Visual Range,
(RVR) merupakan alat meterologi yang memberikan informasi jarak pandang
maksimum (visibility) didaerah sekitar runway, RVR biasanya dipasang sebagai
kelengkapan fasilitas Instrumen Landing System (ILS).
Kejadian-kejadian yang
dapat mengurangi jarak pandang: diantaranya adalah hujan deras. Pada
dasarnya hujan didefinisikan sebagai partikel-partikel air yang jatuh ke
permukaan tanah berbentung kepingan dengan diameter 0.5 mm atau kurang, dapat
dibayangkan apabila partikel-partike yang jatuh ke bumi di suatu badara
jumlahnya sangat banyak, tentu saja akan mengakibatkan berkurangnya jarak
pandang.
3.1.4
PRESENT WEATHER
Present
weather adalah keadaan cuaca pada saat pengamatan. Maksudnya, apakah pada saat
pengamatan sedang terjadi hujan atau guntur, atau haze yang menyebabkan cuaca
buruk dan jarak pandang berkurang, atau pada sa at pengamatan cuaca cerah,
sehingga pesawat bisa take off maupun
landing. Pengamatan cuaca yang
dilakukan pada curah hujan, udara kabut/haze dan kabut/fog.
a.
Hujan
Curah hujan
yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat
untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah
hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
·
bentuk medan/topografi
·
arah lereng medan
·
arah angin yang sejajar dengan garis pantai
·
jarak perjalanan angin di atas medan datar
Pada umumnya hujan deras
ini jatuh dari awan rendah antara lain awan Cumulonimbus (Cb). Awan ini dinamai
cumulonimbus karena mereka bengkak ( “cumulo”) dan karena mereka sering adalah
awan gelap yang menyebabkan badai hujan (“nimbus”).
Awan awan hujan berbeda karena mereka tidak
dapat diklasifikasikan sebagai rendah, menengah atau ketinggian awan. “These are often storm clouds which can be
ten or more miles in height, extending through all the levels of altitude
alias awan badai konon terbentuk saat angin dingin bertemu dengan angin panas,
yang mengakibatkan awan hujan ini dapat menghasilkan hujan, hujan salju, hujan
es, atau bahkan badai.
b.
udara Kabur/Haze
Hal ini terjadi dikarenakan polusi udara karena asap
kendaraan, asap dari hasil pembuangan industri pabrik, dan pembakaran hutan.
Partikel-partikel asap yang besar akan jatuh ke permukaan bumi, sedangkan
partikel-partikel yang kecil yang seukuran dengan mist dan halimun akan
melayang di udara.
c.
kabut/Fog
kabut/Fog yang
biasanya erdiri dari tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di
udara dan dapat mengurangi jarak pandang kurang dari 1 km. tetes-tetes air ini
dapat dilihat dengan mata biasa dan pergerakannya mengikuti pergerakan udara.
Uniknya di beberapa wilayah Indonesia, pada musim2 tertentu (biasanya musim
kemarau) kabut yang menganggu penerbangan tidak hanya kabut yang berasal dari
tetes-tetes air tapi juga kabut asap seperti yang kerap terjadi di wilayah
Palangkaraya, Jambi, dan Riau. Kabut asap ini muncul karena tidak dikendalikannya
tindak pembakaran hutan.
C. Kabut Asap/smog
Kabut Asap/smog adalah sejenis kasus
pencemaran udara berat yang bisa terjadi berhari-hari hingga hitungan
bulan.
Asap kabut sendiri
merupakan koloid jenis aerosol padat dan aerosol cair. Dewasa ini terdapat dua jenis asap kabut yaitu asap kabut
klasik yang pertama kali mucul, dan asap kabut fotokimia yang muncul.
D. Halimun/mist
halimun/mist yang terdiri
dari tetes-tetes air mikroskopis yang melayang di udara, kejadian ini dapat
mengurangi jarak pandang tidak kurang dari 1 km. tetes-tetes air mikroskopis
ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang karena ukurannya yang sangat
kecil.
3.1.5
AWAN ATAU CLOUD
Awan yang
dimaksud disini adalah keadaan perawanan pada saat pengamatan. Ada awan-awan
tertentu yang sangat berbahaya bagi penerbangan, diantaranya adalah awan
cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol bergulung-gulung, dan awan
cumulonimbus (Cb) yang bentuknya sama seperti awan cumulus, hanyawarnanya biru
kehitaman dan menjulang keatas. Awan Cb lebih berbahaya dari pada awan Cu,
karena awan Cb banyak mengandung muatan Iistrik positif (+) terutama pada
puncak awan yang banyak mengandung kristal es,dan muatan negatif (-) pada dasar
awan. Pembentukan awan Cu dan Cb biasanya disertai dengan terjadinya petir.
Petir atau Thunderstorm inilah yang
paling ditakuti oleh penerbang baik pada saat take off, landing maupun on
the route.
Aktivitas
awan Cb dapat mengakibatkan terganggunya gerakan pesawat. Aktivitas tersebut
berupa angin haluan yang akan mendorong pesawat naik, namun pada ketinggian
tertentu pesawat didorong lebih kuat untuk turun kembali, kemudian ditiup oleh
angin buritan (tail wind) sehingga
pesawat akan kehilangan daya angkat dan akhirnya pesawat tak terkendali.
Informasi tentang awan
juga selalu diberikan dalam penerbangan. Ada bermacam-macam jenis awan
berdasarkan level ketinggian, yaitu awan rendah, menengah, dan tinggi. Dalam
penerbangan awan yang harus dilaporkan adalah jenis awan rendah yaitu awan
Cumulonimbus(Cb) dan awan Towering Cumulus(Tcu), namun pada umumnya awan Cb.
Awan ini sangat ditakuti
dalam penerbangan karena dapat mengakibatkan updraft (arus naik), downdraft (arus turun), dan windshear (perubahan keepatan secara
tiba-tiba), yang apabila pesawat berada di dalam/bawah awan ini pada saat
setelah lepas landas, sebelum mendarat, maupun pada saat terbang akan
mengakibatkan ketidak stabilan posisi pesawat yang dapat berakibat fatal.
Tabel 3.1 jenis-jenis awan
Kelas
|
Jenis
|
Singkatan
|
Kemungkinan tinggi dasar awan dan
puncak awan
|
Tinggi
|
Cirrus
|
Ci
|
20,000 to 40,000
|
Cirrostratus
|
Cs
|
20,000 to 40,000
|
|
Cirrocumulus
|
Cc
|
20,000 to 40,000
|
|
Rendah
|
Nimbostratus
|
Ns
|
1-2,000 to 2-7,000
|
Stratus
|
St
|
500 to 2-4,000
|
|
Stratocumulus
|
Sc
|
1-2,000 to 2-4,000
|
|
Ditandai vertikal
|
Cumulus
|
Cu
|
1-3,000 to 7,000 Perkembangan
|
Ditandai Cumulus Menjulang
vertikal
|
Towering Cumulus
|
TCu
|
1,000 to 10,000 Perkembangan
|
Ditandai vertikal
|
Cumulonimbus
|
Cb
|
500 to 20-40,000 Perkembangan
|
(sumber; Data.bmkg.go.id)
3.1.6
SUHU UDARA
Suhu udara yang dimaksud juga suhu
udara pada waktu pengamatan di bandara tersebut. Suhu ini terutama diperlukan
untuk keperluan start engine yaitu pada saat akan take off.
Suhu udara adalah keadaan panas atau
dinginnya udara. Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas
disebut thermometer. Biasanya pengukuran dinyatakan dalam
skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara tertinggi di muka
bumi adalah di daerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub, makin
dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara terasa dingin
jika ketinggian bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa tiap kenaikan bertambah
100 meter, suhu udara berkurang (turun) rata-rata 0,6o C. Penurunan suhu
semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau lapse
rate. Pada udara kering, besar lapse rate adalah 1o C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu
udara suatu daerah adalah:
1.
Lama penyinaran matahari.
2.
Sudut datang sinar matahari.
3.
Relief permukaan bumi.
4.
Banyak sedikitnya awan.
5.
Perbedaan letak lintang.
Untuk mengetahui temperatur rata-rata suatu tempat
digunakan rumus:
Tx = To – 0,6 x
Keterangan:
Tx = temperatur rata rata suatu tempat (x) yang dicari
To = temperatur suatu tempat yang sudah diketahui
h = tinggi tempat (x)
3.1.7
TEKANAN UDARA
Tekanan udara yang dipakai untuk
keperluan penerbangan ada dua macam yaitu tekanan udara di bandara tersebut dan
tekanan udara diatas permukaan laut. Perlu diketahui bahwa tekanan udara yang
dibaca pada alat pencatat tekanan udara yaitu barometer, masih harus dikoreksi
dengan rumus tertentu, sehingga baru bisa menghasilkan data “matang” yang bisa
dipakai untuk keperluan penerbangan. Pembacaan ini harus sangat teliti, karena
selisih pembacaan 1 (satu) milibar saja akan menimbulkan selisih ketinggian
sebesar 10 (sepuluh) meter.
Jadi jika terdapat kesalahan 1
(satu) milibar saja yang diset pada pesawat, akan bisa menimbulkan kecelakaan.
Jika pembacaan tekanan lebih tinggi satu milibar dari tekanan yang sebenarnya,
dan kesalahan pembacaan tersebut diset pada pesawat, maka pesawat yang
seharusnya belum menyentuh landasan, karena kesalahan pembacaan tekanan
tersebut, menjadi sudah menyentuh landasan, akibatnya pesawat akan terbanting.
Demikian juga sebaliknya, Jika pembacaan selisih ( kurang ) satu milibar, dan
tekanan yang salah terse but di set ke pesawat, maka pesawat yang seharusnya
sudah mencapai landasan, ternyata belum sampai.
3.1.8 QFE
Ketika sebuah altimeter diatur untuk membaca nol pada lapangan udara khusus,
ketika udara itu akan menunjukkan ketinggian instrumen / pesawat dalam
hubungannya dengan lapangan terbang. Pengaturan ini dikenal sebagai qfe dan di
NZ kadang-kadang digunakan untuk rangkaian terbang saja.
Gambar diatas qfe adalah tempat altimeter diatur untuk membaca tekanan
tingkat lapangan udara. Ketika mengatur altimeter akan membaca nol pada
lapangan terbang.
2.6.9 QNH
Ketika altimeter diatur untuk membaca ketinggian lapangan udara di atas MSL
(mean sea level) ketika udara itu
akan menunjukkan ketinggian pesawat di atas MSL Pengaturan ini digunakan setiap
saat di NZ kecuali sesekali selama latihan sirkuit.
Gambar berikut ini adalah QNH. QNH adalah tempat altimeter diatur ke tingkat lapangan tekanan dikonversi ke tekanan MSL menggunakan suasana ICAN.
Gambar 3.2 QNH
Altimeter ketika diatur di lapangan akan membaca ketinggian lapangan udara
di atas MSL. Nilai QNH selalu tersedia dari Air
Traffic Control (ATC) seperti yang diperlukan dan pengaturan tekanan selalu
diberikan kecuali diminta oleh pilot.
Data QNH daratan biasanya diberikan oleh ATC setiap kali kontak radio dan
diketahui oleh pilot dengan membaca kembali.
Seperti naik pesawat terbang tekanan berkurang dan altimeter menunjukkan
peningkatan tinggi badan. Karena itu, ketika terbang dari daerah tekanan tinggi
ke daerah tekanan rendah altimeter akan membaca tinggi dan sebaliknya.
3.2 Dampak
Cuaca Buruk dalam Penerbangan
Cuaca buruk dapat menyebabkan menyebabkan dampak buruk dalam penerbangan.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan dampak buruk dalam penerbangan akibat
cuaca yaitu turbulensi, icing, dan kilat.
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya tidak dapat dilihat. Hal ini dapat
terjadi apabila langit cerah dan secara tiba-tiba tanpa diprediksi sebelumnya .
Penyebab terjadinya turbulensi adalah suhu, jet stream, pegunuangn dan wake
turbulence. Terbulensi akibat suhu terjadi akibat adanya pemanasan dari
matahari menyebabkan masa udara panas naik dan sebaliknya masa udara dingin
turun, turbulensi jenis ini sering disebut dengan ”turbulensi thermis”. Jet
stream adalah pergerakan yang sangat cepat arus udara pada level
ketinggian yang tinggi, dan mempengaruhi udara disekitarnya.
Sedang turbulensi akibat
pegunungan terjadi karena massa udara yang melewati pegunungan dan
mengakibatkan turbulensi pada saat pesawat terbang diatasnya pada sisi yang
lain.
Wake turbulence atau yang sering disebut dengan “turbulensi mekanis”adalah turbulensi yang
terjadi dekat dengan permukaan yang dilewati pesawat atau helicopter.
Selain turblulensi updraft
dan downdraft pada awan Cb adalah
“momok” lain dalam penerbangan. An
updraft atau downdraft adalah
pergerakan vertikal dari massa udara sebagai bagian dari fenomena cuaca. Hal
ini dikarenakan perbedaan massa udara panas dengan massa udara dingin sehingga
mengakibatkan massa udara yang lebih panas dari sekitarnya naik hingga suhunya
sama dengan suhu sekitar, sedang massa udara yang suhunya lebih dingin turun.
Keadaan ini mengakibatkan pesawat yang sedang berada di dalam dan di bawah
badan awan Cb menjadi tidak stabil posisinya dan
jika updraft dan downdraft yang terjadi sangat kuat, akan
mengakibatkan pesawat mengalami kejadian yang sering disebut dengan
“turbulence”.
Apabila kekuatan downdraft dari awan Cb sangat besar, maka
kejadian ini disebut ”downburst”, dimana dapat menghasilkan angin vertikal
turun yang sangat kencang dengan kecepatannya mencapai 240 km/jam. Dengan
kecepatan vertikal yang lebih besar lagi hingga mencapai lebih dari 75 m/dtk
atau 270 km/jam dan dirasakan dalam wilayah yang lebih besar dari 4 km,
maka downdraft ini disebut dengan ”microbust”.Downdraft dan microbust harus dihindari oleh
pilot karena dapat menyebabkan kecelakaan pesawat pada saat lepas landas maupun
pendaratan.
3.3 Mekaninsme Pengambilan Data
3.3.1
Peralatan di BMKG Blang Bintang
Sumber
data didapat langsung dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Blang Bintang, melalui penjelasan oleh staf BMKG setempat maupun tanya jawab antar
mahasiswa dan staf BMKG. Anggota BMKG menjelaskan cara kerja alat-alat yang ada
dan mempraktekkannya langsung di depan mahasiswa.
Pengamatan
dilaksanakan mulai pada jam 06.30 atau pukul 00.00 GMT, yaitu dengan pelepasan
balon udara seberat 500 gr yang terlebih dahulu diisi dengan gas Hidrogen,
kemudian balon tersebut diikatkan pada Transmiter, yaitu alat pendeteksi
suhu udara.
pada
transmiter juga diltekkan sebuah alat bernama weather tronic yang
berguna untuk mengukur pengamatan udara atas dan pengukur cuaca.
Balon
udara bisa bertahan mencapai ketinggian 33 km jika cuaca sekitar cerah dan hanya
mencapai 15 km jika cuaca sekitar buruk. Kemudian transmiter menyampaikan
data yang di dapatnya melalui satelit ke tempat penerimaan data yaitu BMKG.
Selain transmiter dan weather tronic alat lainnya yang
ada di BMKG adalah:
1. Optik Theodolit
·
Manfaat : Untuk
mengukur arah dan kecepatan angin pada lapisan tertentu setiap kelipatan 1000
fit serta
·
Komponen :
Balon udara, sensor, lampion berisi lilin, dan optikat teodolit.
·
Cara kerja :
Balon Besar dilepaskan ke udara serta dilengkapi dengan lampion dan lilin
kemudian dilihat melalui alat sensor kemana arah balon dan akan dicatat oleh
alat yang tersedia.
·
Keterangan :
biasanya balon ini akan dilepaskan pada jam 07.00, 12.00 dan 18.00.
Teodolit ialah alat untuk mengukur
arah dan kecepatan angin pada lapisan permukaan atas. Theodolite adalah
instrument atau alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu sudut mendatar
yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang dinamakan dengan
sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam penentuan jarak
mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.
5. Alat
pengukur arah dan kecepatan angin nemometer Wind Vane
·
Fungsi alat :
Pencatat Arah dan Kecepatan
·
Angin Sesaat
·
Satuan : Arah
Angin ( 8 mata angin )
·
Kecepatan Angin :
Knots. ( 1 Knots = 1.8 Km/Jam )
·
Keterangan :
Yang dimaksud arah angin yaitu Arah
·
dari mana angin berhembus.
Pengamatan
arah dan kecepatan Angin menggunakan alat yang dinamakan Anemometer. Alat
pengukur kecepatan angin berupa baling-baling yang as nya dihubungkan dengan
dinamo penghasil arus listrik.
Apa bila
angin bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh
arus listrik. Arus listrik ini kemudian diconvert ke satuan kecepatan, knot
atau m/detik.Alat penunjuk arah angin berupa bendera yang kaku (lempengan) yang
as nya dihubungkan dengan tahanan listrik geser (tahanan geser). Besarnya
tahanan akan berubah-ubah seiring dengan perubahan bendera arah penunjuk angin.
Arus listrik
yang tetap dialirkan melalui tahanan geser tersebut, setelah melalui tahanan
tersebut otomatis besarnya arus listrik akan berubah dan di convert ke derajat
arah angin/mata angin.
Selain itu
juga digunakan theodolit sebagai pengukur arah dan kecepatan angin. Pengamatan
dengan menggunakan theodolit dilakukan sejak pukul 08.00 hingga pukul 20.00 dan
khusus pada malam hari digunakan lampion, dan siang harinya menggunakan balon
sebagai obyek untuk diamati arah dan kecepatan angin. Alat ini berfungsi setiap
hari kecuali pada saat hujan.
6. Sangkar
Meteorologi
- Fungsi
alat : Tempat meletakan peralatan Meteorologi
- Satuan
: -
- Keterangan : Berventilasi,
Double Jaruci guna untuk mengalirkan udara
masuk-keluar. Dicat putih agar memantulkan cahaya
(merupakan konversi dari WMO)
7. Sangkar
Meteorologi (thermometer bola basah dan bola kering serta thermometer
minimum dan maximum ) dan
- Fungsi alat
: Pengukur Suhu Udara dan Kelembaban Udara
- Satuan :
Suhu Derajat Celcius Kelembaban dalam Persen ( %).
- Thermometer BK menunjukan suhu udara
- Thermometer BB digunakan mencara kelembaban udara
dengan bantuan Table.
- Thermometer BB, bola air raksa harus selalu basah
dengan menggunakan Kain muslin yang selalu basah oleh air Murni.
8.
Termometer Bola Basah dan Bola Kering
- Manfaat :
Mengukur suhu udara, Kelembaban udara, dan titik embun.
- Komponen :
Air raksa, alkohol, kain, benang, dan mangkuk air.
- Cara kerja :
Kedudukan termometer bola basah dan bola kering di dalam sangkar
meteorologi. Thermometer bola kering bekerja seperti thermometer biasa
menggunakan alkohol, sedangkan thermometer bola basah menggunakan benang
yang dicelupkan kedalam air sehingga thermometer akan terlihat basah
terus-menerus dan menggunakan raksa.
9. Thermometer
Maksimum dan Thermometer Minimum
·
Manfaat :
Mengukur suhu udara.
·
Komponen : Air
raksa dan alkohol.
·
Cara kerja :
Termometer maksimum menggunakan air raksa yang diletakkan agak miring, pada
suhu panas air raksa akan memuai sehingga air raksa naik. Jika suhu turun air
raksa tetap pada keadaan suhu panas untuk mengembalikannya harus
dikibas-kibaskan dengan kuat. Sedangkan thermometer minimum berisi alkohol
diletakan mendatar, jika suhu dingin permukaan alkohol akan ke kiri, sedangkan
jika suhu naik alkohol akan mengembang dan bergerak ke kanan.
Barograph adalah istilah lain untuk
barometer yang dapat merekam sendiri hasil pengukurannya. Barograph umumnya
menggunakan prinsip Barometer Aneroid, dengan menghubungkan beberapa kapsul/
cell aneroid dengan sebuah pena untuk membuat track pada kerta pias yang
diletakkan pada tabung yang berputar 24 jam per rotasi.
Pada pias terdapat garis-garis tegak
menunjukkan waktudan garis mendatar menunjukkan tekanan udara.Tingkat
keakuratan dari barograph , salah satunya ditentukan oleh jumlah kapsul/ cell aneroid
yang digunakan. Semakin banyak kapsul aneroid yang digunakan maka semakin
pekabarograph tersebut terhadap perubahan. tekanan udara.
10.
Barometer
- Manfaat : Untuk
mengukur kecepatan angin.
- Komponen : Pena
pencatat dan kertas pias.
- Cara kerja : Angin
yang bertiup mengenai pena pencatat, maka pena pencatat akan mencatat pada
kertas pias.
- Fungsi : Alat untuk
mengukur tekanan udara.
- Satuan : Milibar (mb).
Tabung berisi air raksa.
Dilengkapi thermometer untuk mengetahui suhu udara dalam ruangan. Alat ini tidak
boleh terkena sinar Matahari dan angin langsung dipasang tegak lurus pada
dinding yang kuat. Tinggi bejana 1 meter dari lantai.
11. Awos
(Automatic Weather Observing System.
AWOS berfungsi untuk pengumpulan data cuaca secara
otomatis. Data selalu tersimpan dalam loger data dan diamati setiap 2 menit.
Pada AWOS terpasang sensor-sensor untuk mengamatu parameter cuaca yang meliputi
arah dan kecepatan angin, tekanan udara, suhu udara, curah hujan, penglihatan
mendatar, tinggi dasar awan. AWOS dipasang di ujung-ujung landasan, data yang
dihasilkan lebih spesifik untuk penerbangan.
3.3.2 Mekanisme Pengambilan Data
Tahapan
dalam pengolahan data dan informasi cuaca :
1.
Surfase Wind Direction Speed And Significant Variation (Angin)
Dalam pengamatan synoptic, angin yang diamati meliputi
arah (dd) dan kecepatan (ff). Adapun alat yang dipergunakan adalah anemometer.
Ada 3 hal
yang diamati yaitu:
1.
Arah angin
2.
Kecepatan
3.
Kekuatan angin
Pengamatan
arah, kecepatan dan kekuatan Angin menggunakan alat yang dinamakan Anemometer.
Alat pengukur kecepatan angin berupa baling-baling
yang as nya dihubungkan dengan dinamo penghasil arus listrik. Apa bila angin
bertiup baling-baling akan berputar dan memutar dinamo dan akan diperoleh arus
listrik. Arus listrik ini kemudian diconvert ke satuan kecepatan, knot atau
m/detik. Hasil dari anemometer dapat dilihat menggunakan alat transletor.
4.
Horizontal Visibility
Visibility atau jarak pandang mendatar atau horizontal,
maksudnya jarak pandang terjauh yang bisa dilihat oleh pengamat dari kantor BMKG
tanpa ada halangan apapun. Visibility ini diperlukan terutama untuk keperluan
landing.
Untuk saat ini pada BMKG Bandar Udara Blang Bintang
untuk pengamatan Visibily menggunakan 2 cara yaitu visual dan alat. Untuk
visual pengamatan dengan melihat jarak pandang mendatar kearah timur atau
gunung pada kantot Meteorologi Bandar Udara Blang Bintang tersebut yang
diperkirakan jarak sekitar 10 km. Jika pada saat pengamatan gunung dapat
terlihat jelas tanpa kabut maka hasil 10 km dan jika terlihat kabur maka di
bawah 10 km seperti 8,5, 8, 7 dan selanjutnya.
Sedangkan
menggunakan alat hanya perbandingan dengan hasil pengamatan lapangan agar hasil
yang diproleh lebih akurat.
5.
PRESENT WEATHER
Present weather yaitu pengamatan
pada keadaan cuaca. Maksudnya, apakah pada saat pengamatan sedang terjadi hujan
atau guntur, atau haze yang menyebabkan cuaca buruk dan jarak pandang
berkurang, atau pada sa at pengamatan cuaca cerah, sehingga pesawat bisa take
off maupun landing.
Adapun 4 pengamatan yang dilakukan
yaitu pengamatan jenis Hujan, udara kabur/haze, kabut/fog, kabut asap/smog dan
halimun atau mist. Pengamatan bisa dilakukan sekaligus dengan pengamtan jarak
pandang mendatar atau visibility pada jam yang sama.
6.
AMOUNT AND HEIGHT OFF BASE OF LOW CLOUD
Pengamatan awan dapat dilakukan dengan visual yaitu
melihat ketinggian awan dan sudu sudut kemiringan dari pengamatan. Untuk tinggi
awan dapat dilihat dari jenis awan pada saat itu dan maximum 800 fit.
Sedangkan untuk jumlah awan dapat dilihat dengan
pengamatan ke arah langit dan membagi menjadi 8 bagian, dan melihat jenis-jenis
awan apa saja yang terlihat pada saat itu dan terletak di nomer berapa dan
dihitung jumlah awan, sperti gambar dibwah ini :
Gambar 3.3 pembagian awan
sehingga dapat dilihat dari tabel dibawah ini, jenis
awan apa yang ada pada saat pengamatan.
Tabel 3.2 jenis awan pada saat
pengamatan
Few
|
1/8 – 2/8
Oktaf
|
Sct
|
3/8 – 4/8
Oktaf
|
Bkn
|
5/8 – 7/8
Oktaf
|
Ovc
|
8/8
|
7.
AIR TEMPERATURE AND DEW POINT TEMPERATURE
Temperature atau
titik embun dapat diamati dengan menggunakan beberapa alat untuk masing-masing
hasil seperti :
a.
Tekanan udara
dan suhu dapat dilihat menggunakan
Barometer.
Contoh dari hasil pengamatan di dapat data 30oC/1019,4
(suhu /tekanan)
b.
Untuk temperatur
(titik embun) dapat dilihat menggunakan
alat termoter bola kering dan bola basah. Bola kering dilihat pada jam 07:00
pagi dan 19:00 sore.
Contoh : bola kering 31OC, dan bola
basah 25,2OC
8. QNH
dan QNF
Untuk data QNF dan QNH
didapat dari data tekanan udara yang telah diimput ke komputer
menggunakan aplikasi microsoft excel yang telah diatur menggunakan rumus.
Ketika data di imput maka hasil untuk QNH dan QNF di dapat.
Contoh :
tekanan udara didapat data 30oC/1019,4 (suhu /tekanan)
Maka hasil yang
didapat untuk QNF 1,013, dan QNH 1,011.
3.3.3 Menkanisme
Pengolahan Data
Data yang didapat dari lapangan dengan cara pengamatan
akan di imput setiap jamnya ke laporan harian pada microssoft excel yang telah
menggunakan rumus. Sehingga untuk beberapa data yang di perlukan akan muncul
hasil, sebelum data dikirim.
3.4 Pengiriman
Data
Penyebara data atau pengiriman utama yaitu synop
dikirim ke BMKG pusat melalui komunikasi jaringan CMSS (Computerized Message
Switching System) dalam bentuk sandi pada jam-jam 00.00, 03.00, 06.00, &
09.00 GMT. Data yang dikirim dapat digunakan bukan hanya pada Banda Sultan
Iskandar Muda, tetapi bisa digunakan untuk nasional dan internasional.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang penulis lakukan pada BMKG Bandar Udara Blang Bintang Banda
Aceh, maka pada bab ini penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa BMKG memiliki
peran yang sangat penting dalam proses penerbangan pesawat, karena keselamatan
penerbangan udara sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Dalam hal ini BMKG lah
yang memberikan informasi-informasi mengenai keadaan cuaca tersebut.
Perkembangan
cuaca di bandara dan sekitarnya sangat diperlukan untuk ” take off dan landing”
pesawat udara, sehingga baik pengamat cuaca maupun petugas menara pengawas
harus selalu berhubungan. Adapun unsur cuaca yang sangat berpengaruh terhadap
take off adalah suhu udara, arah dan kecepatan angin, dan tekanan udara.
Sedangkan untuk landing yang sangat diperlukan adalah tinggi awan, penglihatan
mendatar, tekanan udara dan kondisi cuaca terkini.
4.2 SARAN
Setelah
penulis melakukan pengamatan di BMKG Banda Udara Balang Bintang Banda Aceh, kini penulis telah mengetahui manfaat dan
kegunaan BMKG Penerbangan Banda Aceh dengan lebih mendalam.
Setelah mengetahui bahwa BMKG mempunyai manfaat yang amat penting bagi
masyarakat maka penulis ingin memberikan saran sebagai berikut:
a.
Hendaknya BMKG Bandar Udara Blang Bintang dapat lebih mengembangkan diri dalam membagi
informasi kepada masyarakat melalui media seperti web dalam memberikan pelayanan yang lebih baik dan dapat di liat
setiap saat untuk setiap lapisan masyarakat.
b.
Sebagai pusat pengamatan cuaca yang sangat diperlukan
dalam proses penerbangan pesawat terbang, hendaknya BMKG Blang Bintang memiliki
program software untuk mempermuda dalam mengolah data yang lebih akurat guna
mengurangi terjadinya kecelakaan dalam transportasi udara.
DAFTAR
PUSTAKA
Cyber Extension (2010). Mengenal Jenis-Jenis Awan. http://cybex.deptan.go.id/mengenal-jenis-jenis-awan
Data
BMKG. Kondisi Umum BMKG. http://data.bmkg.go.id/share/Dokumen/renstra-bmkg-bab1_4-2010.pdf
Tjasyono
HK, Bayong (2004). KLIMATOLOGO. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung
Wikipedia.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Meteorologi,_Klimatologi,_dan_Geofisika
Zakir, Achmad (2007). Cuaca dan Penerbangan. http://idkf.bogor.net/yuesbi/e-DU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Cuaca.Penerbangan/semua.html
(Y) good job !!!
BalasHapusthanks,,, sering-sering mampir,,,
BalasHapus